IRONI PENDIDIKAN KAMPUS KITA
TERCINTA
Kemudian
dari pada
itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia yang melindungi segenap
bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan
sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar negara Indonesia, yang terbentuk dalam suatu susunan negara
Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasar kepada (UUD 17 Agustus 45).
Alinea
empat UUD 1945 memaparkan tujuan dari pada terbentuknya negara indonesia untuk
melindungi segenap bangsa Indonesian, dan seluruh tumpah darah Indonesia dan
untuk memajukan kesejahtraan umum , mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Maka patut kita renungkan kembali
sebagai mahasiswa, apa yang menjadi
tujuan dari pada negara ini?
Kita sebagai
mahasiswa merupakan kaum elit muda yang menghabiskan masa mudanya untuk belajar
di pendidikan pormal, yang tidak bisa semua orang rasakan karena berbagai
faktor, malalnya pendidikan dsb. maka dengan itu kita mempuyai tugas untuk
ikut serta dalam mencapai tujuan dalam UUD dasar untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Keberadaan kampus adalah salah satu cara pencapaian tujuan dari
mencerdaskan kehidupan bangsa. Dari bangunan inilah tokoh-tokoh revolusiner
bermunculan, Sokarno, Hata, Sharil, Tan Malaka dan masih bayak lagi tokoh-tokoh
yang dihasilkan dari semangan emansipatoris pendidikan untuk mencerdaskan dan membangun jiwa kritis.
Kampus
idealnya mencetak kader-kader yang kritis yang kreatip dan imajinatip,
membangun imajinasi tinggi bukan tertkukung dengan pencapaian nilai dan sebagai
batu loncatan untuk mendapatkan pekerjaan.
1.
Proses pembelajaran kampus sekarang
Proses pembelajaran di kampus ini telah disepelekan
menjadi pembiasaan kepatuhan. Mahasiswa membeo
keterampilan yang di pertontonkan oleh dosennya. mahasiswa menyalin percis
ucapan atau tulisan dosennya bukan mencatat gagasan inti untuk bernalar
mandiri.
Selain itu
sistem pendidikan menguntungkan bagi siswa yang penurut dan penyalin. Kampus
bagaikan ladang tandus bagi mahasiswa-mahasiswa yang mempunyai daya nalar dan
imajinasi tinggi. Sistem ujian yang menampilkan jawaban pada pilihan a,b,c,dan
d. adalah sebuah soal yang yang tidak memiliki daya rangsang untuk berimajinasi
akan tetapi menuntut mahasiswa untuk menghapal dan menyalin apa yang ada dalam
literatur bukan menampilkan inti gagasan dan di kembangkan menurut imajinasi,
mahasiswa akan tetapi mengulang apa di ucapkan oleh dosen yang akan menjadi
pilihan dari berbagai jawaban di dalam soal. Maka dengan demikian semakin
tumpulah daya nalar dan daya imajinatif mahasiswa. Yang ditumpulakan dengan kurang
bermutunya sistem ujian mahasiswa, yang berupa pilihan ganda, (multipllchose)
Lebih-lebih kampus bukan menghasilkan
manusia-manusia yang kreatip dan imajinatif akan tetapi menghasilkan output
robot beryawa sebagai subjek dari kapitalisme yang nantinya akan di lemparkan
ke dunia industri maka tidak heran kalau Indonesia menjadi negara
konsumtip. Dan perlu kita renungkan
kembali sebuah petuah Albert Einstein “Imajinasi lebih berharga daripada
ilmu pengetahuan. Logika akan membawa Anda dari A ke B. Imajinasi akan membawa
Anda kemana-mana. Jikalau sistem
pendidikan masih seperti ini maka terimalah nasib kita sebagai genererasi-generasi
robot beryawa.
0 komentar:
Post a Comment