Thursday, April 26, 2012


Realita Pengamen Kecil Di Kampus Gue


Ricky sang penyayi cilik yang sama-sama terhempas lahir ke dunia pana ini, tanpa bisa memilih jalan hidupnya. Hari-harinya dihabiskan dengan sebuah gitar uku lelenya yang selalu menemaninya beryayi menyusri teriknya matahari, menjalani hidup yang tak berpihak, si Ricky kecil selalu tersenyum polos menjalani masa kecilnya. Apakah senyum ini senang, ataukah senyum yang menutupi rasa pedih di jiwa? anak seumuran ricky  yang semestinya menghabiskan masa kecilnya dengan bermain, beajar guna menyongsong masa depan yang lebih cerah. Bukan mengamen untuk mencari uang  Kenapa semua ini menimpa ricky apa sebenarnya yang salah, orang tuakah? Lingkungankah? pemerintahkah? pemikirankah? atau memang ini sebuah jalan cerita Tuhan?
Secara psikologi anak-anak seumuran ricky sangat rentan terpengaruh hal-hal yang dianggap memang enak oleh dirinya tanpa memperdulikan baik dan benar. Semua ini tidak terlepas dari cara-cara ricky bersosialisasi dengan lingkungan sehingga menghasilkan watak yang khas pada anak, cara bersosialisasi ricky kemungkinan besar di dapat dengan cara  mengadopsi imitasi (pemberian contoh) dan secara reward dan punishment (ganjaran dan hukuman). Proses ini didapat sang anak mealui keluarga, dan lingkungan teman sebaya, mana kah yang paling kuat mempengaruhi proses ini, lingkungan atau keluarga. Di zaman sekarang ini dengan kemajuan teknologi yang begitu pesat, dan kondisi lingkungan tidak memberikan epek positive. Untuk mengantisipasi hal ini, peran kelurga sangat lah penting guna menghambat pengaruh lingungan yang tidak kondusip untuk perkembangan anak.
Lingkungan tempat tinggal ricky yang tidak kondusip mengakibatkan Ricky terjerumus ke dalam propesi pengamen, akibat dari ajakan teman, yang semula ricky haya iseng-iseng mengamen namun Ricky sudah merasa enak dengan kondisi itu sehingga ricky tetap menjadi seorang peyayi cilik di jalanan, dan lingkungan kampus. Yang sangat susah di hentika, bahkan larangan orang tua pun tidak dihiraukan lagi.
Keadaan sosial ekonomi dan rendahya mutu pendidikan orang tua juga berpengaruh besar pada kondisi ricky sekarang ini. Orang tua yang kurang memperhatikan kondisi si anak mengakibatkan si anak mencari kepuasan di luar sana, salah satu yang di lakukan ricky adalah, mengamen yang mungkin sebagai tindakan dari rasa tidak puas terhadap keadaan keluarga, terutama dalam factor ekonomi, dimana si anak berkeinginan untuk membeli sesuatu, akan tetapi si orang tua tidak menuruti permintaan sianak, akibatnya si anak memberontak kepada orangtuanya
Pemberontakan tersebut bisa di di lakukan dalamberbagai bentuk, yang lajimnya seorang anak lakukan dengan cara menangis atau mengurung diri didalam kamar. Tapi berbeda dengan ricky yang melakukan peberontakan pada dirinya sendiri dengan cara mengamen. Seharusnya orang tua memmahami kondisi si anak dan peka terhadap kondisi psikologi si anak sehinggaapa yang mereka reaksiakan dapat di respon oleh orang tua guna menjaga hal-ha yang bisa membahayakan si anak.
Memang benar, Langit tidak selalu cerah,  akan tetapi badai pasti berlalu.  Mungkin itulah perumpamaan yang tepat bagi polemik dalam Filem penyayi cilik.  Apa yang dilakukan  ricky memang bukan hal yang meranggar hukum, akan tetapi  merupakn hal yang memang positive dimana hasil mengamen Ricky di gunakan untuk hal-hal yang berguna, untuk bekal Ricky ke sekolah sebagian di kasih untuk memberi jajan adenya, bahkan dari hasil ngamenya dia sering diberikan kepada orang tuanya.
Tapi mengapa pengamen cilik selalu mendapat nilai jelek di mata kita, bukan kah pengamen cilik pun mempuyai hak yang sama dengan anak-anak orang borjuis yang bisa sekolah dan menikmati masa kanak-kanaknya tanpa dibebani oleh keadaan ekonomi? Lalu dimana peranan negara yang menjamin kesejahtaran warganya? Apakah negara haya sebuah alat bagi sebagian orang guna mendapatkan kekuasaannya sajah. Atau statifikasi dari premis penguasa dan yang di kuasai. Dimana negara sebagai alatnya penguasa.
Para penguasa negara pun teryata tidak buta pikiran mereka cekatat dan paham bahwa sanya eksistensi negara itu tergantung pada masa depan anak-anak , sebagai penerus cita-cita para pahlawan bangsa. Maka dari itu mereka memasukan perlindungan anak ke dalam undang-undang,  yaitu UU RI nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak. akan tetapi semua ini haya petuah kosong. Dimana anak jalanan dan pengamen cilik semakin menjadi-jadi dan tak pernah terlealisasi.
Akan tetapi sangatlah disayangkan Ricky yang mengamen di lingkungan kampus mungkin haya di pandang sebelah mata oleh kaum intelegensi yang selalu menghadiskan waktu-waktunya di kampus. ketika kaum intelegensi diam saja meliat phenomena ini bisa dipastikan Indonesian tetep terpuruk dengan kebrokbrokan generasi mudanya.
            Permasalahan-permasalahan yang terjadi di negri kita khususnya masalah anak-anak perlu cara yang luar biasa untuk megantisipasinya, untuk itu di butuhkan terobosan baru dan gerakan-gerakan dari kaum intelegensi guna mengantisipasi semua ini. Kita sebagai mahasiswa mestinya sedikit membantu mereka memberikan peyuluhan dan mengajak kmereka kedalam ranah-ranah pendidikan. Dan yang sangatlah penting peranan negara untuk mengurusi hal semua ini. Negara harus lebih serius lagi menangulangi semua ini.



0 komentar:

Post a Comment