IRONISNYA KAMPUS INI
Di
suatu kota Metropolitan yang bergelimpanga segudang fasilitas dengan berbagai
fungsi dan kegunaan, tak ayalnya instansi pendidikan yang berjejer di setiap
jalan-jalan protocol dari yang berjas almet kuning sampai oren. Sungguh kota
yang indah dengan bayak pendunduduk
sebagai kaum integensi sehingga menjadi dambaan bagi setiap orang tua untuk
menyekolahkan anak-anaknya di kota Metropolitan, dengan harapan harapan supaya
sang anak menjadi manusia yang unggul
dan mampu bersaing di lingkungan globalisasi dunia.
Begitulah
mungkin kilasan sederhana kota metropolitan
dari pikiran gw yang baru berumur 20 thn, yang kini sedang menuntut ilmu di
suatu perguruan tinggi di belakang rumah sakit. gwa sangat berbangga hati
ketika keterima di kampus itu, gwa pun tak mau kalah dengan teman-teman SMA gwa
yang memamerkan kampus barunya masing-masing. Jelas gwa bangga sekolah di kota
paling besar di negri ini, tpi yang tak kalah bangganya ketika Kampus gwa ini
mendapat akreditasi A, dan sebagai kampus terbaik se indonesia, ujar salah satu
dosen yang ngomong tanpa ku tahu apakah penilaian si dosen obektip ataukan subjektip, sungguh
kampus dambaan para dosen yang “ krp” heheehhe sttttt.
Seiring
waktu berputar, pena-pena pensilku pun bergoret di kertas putih, lalu mensetimulus
serpihan otak kosongku yang masih polos selayaknya anak sma, gwa pun terus menuntut ilmu, dengan di sini lain merasa
ada yang tidak beres dengan akreditasi A
yang di dapat kampus dan ucapan si Dosen
tadi tidak sesuai dengan apa yang gwa pikirkan dan saya rasakan. Kadang gwa
merasa berdosa pada omonganku kepada teman-teman gw sewaktu SMA, hati kecilku
berkecamuk apakah aku telah membohongi teman sendiri?
Memang bukan tugas kita sebagai
mahasiswa Memberkan lebel suatu akreditasi
terhadap kampus yang sedang kita tempati ini, akan tetapi tugas dari pemerintah
melalui badan akreditasi nasiaonal perguruan tinggi ( BAN-PT) yang menilai akreditasi
suatu perguruan tinggi menurut beberapa criteria diantaranya:
- Izin penyelenggaraan pendidikan tinggi
- Persyaratan dan kelayakan penyelenggaraan pendidikan tinggi
- Relevansi penyelenggaraan program pendidikan dengan pembangunan
- Kinerja perguruan tinggi
- Efisiensi pengelolaan perguruan tinggi.
Mungkin pandangan
(BAN-PT) berbeda dengan pandangan gwa
sebagai mahasiswa yang setiaap hari menghabiskan waktu di kampus ini untuk
belajar, ngobrol, sosialisasi , melihat-lihat phenomena secara objektip, dan yang tak kalah
serunya berbagi, bercanda gurai,bersama kawan seperjuangan, pacaran bagi yang
puya pacar, tpi sayangnya gwe di takdirkan belum laku dari dulu. Hahhahahha(
promosi)
1. Pengalaman Dan Pemikiran Yang Sekeptis Gwa
Gwa pernah main ke suatu perguruan negri tinggi yang
tak terlalu jauh letaknya dari kampus gwa ya kalau jalan kaki gak ngabisin
waktu 10 menit, seperti biasa gwa sebagai anak baru gede dengan gaya yang khas
dan berkarakter duduk di taman kampus yang gwe kunjungi, dengan sebungkus marlboro
ligh dan sebotol air mineral, mata gwa terus lincah-ke kanan dan kekiri melihat
mojang-mojang kampus yang modis dengan berbagai style pakayain yang lagi ngettren. Tiba-tiba seorang laki-laki muda
menghampiri gwa, lalu meyapa “ mas boleh minjem koreknya?” serentak gw ngeluarin
korek dari kantong celana.
Lama kami duduk berdua dan menghabiskan secangkir kopi
dan berbatang-batang rokok, ada perasaan kesel dan senang karena dapet teman
baru tapi dari sekian banyak perbincangan ada satu yang mungkin tak akan bisa
gwa lupakan ketika temen gwa nayain “lu kuliah di mana”.
Tmn gwe: “ lu kuliah di mana?”
Gw : “serontak gwa jawab “ di kampus xxxxxxx
teman baaru gw: “ di mana tuh?”
teman baaru gw: “ di mana tuh?”
Gw: belakang rumah sakit mas. (sambil kesel masa dia
gak tau kampus terbaik se Indonesia)
Teman baru gwa: “ emang di sana ada kampu?( dengan
raut muka tak percaya ma gw ) perasaan gw di sana gak ada apa2.
Gw: ada mas dengan berbagai argument aku meyakinkan
dia, tetep aja dia bilang gak tau,
Gw : dah lah gak usah di bahas itu bahas yang lain
aja.
Sepulangnya
dari sana perasaan gw semraut tak teratur, sampai ada perasaan di benak gw, “ASEM
kataya kampus terbaik se-Indonesia tapi kok mahasiswa kampus sebelah kok gak
tau. Sialan mana ada kampus terbaik se Indonesia tak di kenal. Lah bukanya gwa
ngenal UI, ITB, UGM, dari kualitasnya. dan mungkin seluruh masyarakat Indonesia
mengenal itu, UI,ITB,UGM, terkenal karena kualitasnya, hah beratrti omongan si
dosen waktu ospek???????. Apaan tuh dosen? dosen kok bohong! begitulah gerutu ku dalam
hati sepulang dari kampus negri yang tak jauh dari kampus ku ya mungkin
berjarak 2km.
Sebulan telah berlalu dari kejadian di kampus tetangga
yang sudah agak gwa lupakan, aku kembali ke rutinitas dengan semangat yang baru
yala lagi yang kemarin gwa merasa agak
melempem sedikit. Akibat insiden di kampus tetangga, kini waktunya aku kulia,
seperti biasa di pagi hari kopi hitam dan malbor ligh sebagai doping, dan mentari
pagi pun terseyum meyambut ku, yang membelai manja tak kala ibuku memberi doa
sebelum aku pergi kesekolah dulu, yang selalu di iringi dengan hangatnya
mentari.
Arloji
pun menunjuk pas jam 8, kopi mulai menipis di permukaan gelas dan mallboropun
kini berubah menjadi kepulan asap dan puntung, dengan mengucap bismilah aku
melenggang memasuki kelas, meninggalkan
gelas kopi yang tinggal ampasnya, seyum riang teman-teman meyambutk hangat, tapi
ada yang tak biasa dari pagi itu, salah satu temanku termenung cemberut di
ruang pojok kelas sambil menatap kosong ke langit yang terhalang tingginya
gedung. Aku serontak menghampirinya:
Gw: kenape lu? Dah mah muka pas-pasan cemberut lagi, pantesan lu jorok(
jomlo dari orok)
Teman : “( gak menjawab cuman di bales dengan seyuman dingin yang melintang
di kumis tipisnya, tak lama dia muali menggerakan bibir tipisnya yang di hiasi kuning di gigi,) “ gw miris
ki sama kualitas pendidikan di Indonesia!
Gw: lakh elu sok idealis?
Teman: lu bayangi aja kualitas pendidikan di Indonesia kita aja yang
sekolah di kampus yang terbaik aja dan berakteditasi A, system pendidikanya amburadul,
apalagi mereka yang sekolah di daerah yang akreditasinya di bawah kampus kita! Lu
bisa bayangin kan gimana jadinya Indonesia kalau institusi pendidikanya kaya
gini?
Gwa: cuman bisa termenung sembari mengiakan realitas walau hati kecil ku
ingin berterik SEPAKAT.
Benar-benar komplek masalah pendidikan di kampus gw
dan mngkin di Indonesia, waduh perlu ada solusi nih. Gumamku Ehehehe
2. Tujuan Akreditasi
Bayaknya perguruan tinggi negri maupun suasta di Indonesia
membuat binggungan bagi calaon mahasiswa baru dan orang tua siswa untuk
menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang perguruan tinggi, semua orang pasti ingin sekolah di sekolahan
yang bagus. maka haruslah ada setandarisasi nilai bagi perguruan tinggi, agar
masyarakat tidak kebingungkan dan
orangtua siswa, dan sebagai calaon mahasiswa
Akreditasi perguruan tinggi
yang diterapkan dalam sistem pendidikan nasional dimaksudkan untuk menilai
penyelenggaraan pendidikan tinggi. Penilaian itu diarahkan pada tujuan ganda,
yaitu:
1.
menginformasikan kinerja perguruan
tinggi kepada masyarakat.
2.
mengemukakan langkah pembinaan yang
perlu ditempuh terutama oleh perguruan tinggi dan pemerintah, serta partisipasi
masyarakat.
sesungguhnya ini lah yang pemerintah harapkan dari akreditasi
perguruan tinggi, bukan kebohongan public dari akreditasi tersebut, nilai
akreditasi haruslah menjadi cermin bagi kita sebagai mahasiswa untuk bisa
mempertanggung jawabkan akreditasi dengan cara memperbaiki kualitas diri dan
kualitas kampus bukan malah sombong dan terlela karena merasa berada di
lingkungan yang berakreditasinya A.
apa
yang gwa tulis murni pemikiran gwa dan realita yang sedang gw alami
1 komentar:
menurut yang gue tau status akreditasi suatu perguruan tinggi merupakan cermin dari kinerja perguruan tinggi itu, dengan itu orang berpandangan soal mutu nya, juga relevansi soal studi yang diadakan, tapi pendapat gue kalo cuma sekedar asumsi yang di beberkan saat kita dipromosikan masuk kedalam institusi itu, gue sadar sebagai anak yang di lahirkan di kota metropolitan yang lu bilang, asumsi itu cuma oportunis, karena mayoritas kawan kawan gue yang tinggal nya cuma berbeda kecamatan aja dari institusi itu mereka garuk garuk kepala dan pelenga-pelengo saat gue coba publikasiin nama tempat gue nyicipin bagku kuliahan, mereka malah berorientasi kalo asrama putri yang terlihat layak nya "rumah kosong yang besar" itu cuma buat para suster suster cantik yang bekerja di RSP sebagai tempat tinggal mereka., "hmmm", jadi mereka ga tau di dalam nya itu ada gedung tiga lantai, yang di gunakan untuk nimba ilmu.,, hahahaha.. #Miris
Munkin institusi ini sengaja di samarkan untuk umum.,, jadi kampus kita sedikit terselubung bray...
mungkin kalo pendapat gue soal sytem didalam nya itu kurang ditinjau, masih banyak paham paham primordialisme "dengan ke soktauan gue" gue beranggapan itu suatu system yang GALAU bray.. hahaha...
Mungkin dengan aspirasi ini para bibit Siswa yang akan menjadi MAHA, bakalan bisa memilih suatu intitusi yang sesuai dengan bakat nya dan cita nya bukan karena gambaran akreditasi yang belum jelas karena menurut gue akreditasi bukan untuk perhiasan dalam menuntut ilmu, tetapi akreditasi itu untuk menentukan kualitas kita yang sebernya..
Cukup sekian dan trima kasih.. hahaha.., :-)
Post a Comment