Friday, May 25, 2012


OPSPEK” REKAYASA  PISIKOLOGI”
                Mahasiswa dilihat dari aspek sosio pisikologis adalah sosok manusia yang masih dalam tarap perkembangan dan pencarian bentuk. Secara psikis mahasiswa banyak bergelut dalam pencarian jatidirinya. Atas dasar inilah mahasiswa akan melakukan banyak hal, yang didasari berbagai latar belakang, ekonomi, pengetahuan dan corak pendidikan serta pengalaman hidup yang telah di jalaninya.
                Kontek pembentukan kepribadian memerlukan suatu  rekayasa pisikologis (psychological engeneering) untuk membentuk mahasiswa yang ideal. Pembentukan ini dapat diterapkan pada saat pertama kali mahasiswa baru (MABA) melakukan interaksi dalam lingkup kemahasiswaan. OPSPEK (Orientasi Program Studi dan Pengenalan kampus ) atau akronim sejenisnya merupakan titik awal untuk rekayasa pisikologi MABA di lingkungan kampus. Bila sebagai senior kita menggiginkan terbentuknya calon mahasiswa yang idealis, maka penanganan opspek sangatlah berpengaruh dalam menciptakan kader maba yang militant. Pelaksanaan opspek bukan haya sebatas seremonil belaka penyambutan mahasiswa baru. Di mana MABA mengalami  perubahan lingkungan, cara belajar, teman, dan ruang akademis dari yang berbeda, untuk itu perlu adaya gerbang pembentukan MABA yang “militant” sebelum memasuki perkuliahan yang sangat berbeda pada waktu di SMA. Opspek  lah yang dipadang epektif untuk menghandel permasalahan pada awal maba mengenal  serta beradaptasi dengan kampusnya sebagai dunia barunya
1.       Esensi Opspek 
Opspek sudah merupakan tradisi mahasiswa lama dalam meyambut keadatangan yuniornya,  muatan-muatan dalam opspek merupakan model-model yang diformat sebagai ajang sosialisasi dunia kampus dengan tradisi ilmiah yang diembanya kepada MABA  dengan berbagai bentuknya. Opspek juga menjadi prasyarat yang harus di lewati oleh mahasiswa baru sebelum mereka memasuki ruang perkuliahan. Opspek dinilai penting karena mengandung banyak esensial sebagai bekal awal melakukan hidup baru, pola pergaulan baru, pola pikir baru, dan sejumlah pola perubahan pisikologis lainya yang sangat berbeda dengan waktu di bangku sekolah dulu.

                Permasalahan opspek selalu menjadi wacana yang sangat menarik untuk diperbincangkan dari tahun-ketahun, mengingat setiap tahun tantangan dan kondisi individu dari tahun ke tahun selalu mengalami perubahan yang berbeda dengan tahun sebeumnya. Oleh karena itu opspek salah satu tahapan dalam menjalani kehidupan bermahasiswa yang penuh romantika, haruslah memiliki visi, misi dan muatan akademis dalam konsep-konsep yang di tawarkan nantinya.
                  Seperti apa yang telah kita uraikan di atas bahwasanya ospek itu sangat lah kental dengan muatan rekayasa pisikologi mahasiswa baru. Secara sederhana rekayasa pisikologis yang di maksud adalah bagai mana caranya agar  mahasiswa baru dapat diterima dan beradaptasi dengan lingkungan yang baru. Menurut teori pisikologi penerimaan lingkungan yang baik akan menyebabkan individu yang baru masuk dalam kelompok/lingkungan tersebut menjadi optimal dalam beraktifitas di dalamnya (teori Bendura). Kelompok disini di maksud adalah mahasiswa lama yang secara setruktural menjadi pelaksana opspek dengan demikian diharapkan mahasiswa lama mampu memberi rangsangan (setimulus) yang baik kepada MABA dan memberikan peluang dalam mengaktulisasikan dirinya pada lingkungan dan situasi yang sama sekali baru baginya.
Dalam teknisnya opspek selalu bermuatan tekanan-tekanan fisik yang terkontrol, dalam bentuk dan adegan marah-marah yang sudah disecenariokan kesemuanya ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman sebuah drama penindasan atau penganiayaan dan semacamnya. Agar kelak ketika mahasiswa senantiasa menjadi aktivis atau pejabat memperhatikan dan peka terhadap penindasan dan kesewenang-wenangan yang dilakukan oleh siapa sajah kepada rakyat kecil yang tidak berdaya, dan sebagai pembentukan mental dengan berdramatika melawan penguasa yang otoriter dengan berbagai tugas yang  begitu banyak kepada maba, yang mungkin telah melampauwi batas toreransi kemampuan seorang MABA, Pada kondisi ini MABA dipancing untuk memberontak kepada KOMDIS( komoisi disiplin) yang diibaratkan sebagai penguasa otoriter.
 Disamping itu, opspek di isi bentuk-bentuk permainan yang mengarah pada penciptaan dinamika kelompok dengan sasaran agar anggota mahasiswa baru dapat saling mengenal dan berbaur. Kebersaaman antara mahasiswa baru, diharapkan setelah lepas dari opspek mereka dapat saling berinteraksi tanpa menonjolkan perbedaan setatus sosial masing-masing individu. Sebagai pelengkap opspek juga memberikan pengetahuan pada perangkat yang ada di perguruan tinggi seperti halnya memberikan pandangan terhadap lembaga kemahasiswaan dan setrategi menjalankan studi menjalani perkuliahan perkuliahan.
Pada keseluruhan proses opspek pada dasarnya bermuara kepada terbantuknya kader-kader mahasiswa yang ‘militant’ yang memiliki komitmen kerakyatan tinggi. Disamping kemampuan akademis yang prima dengan pemanfaatan lembaga kemahasiswaan sebagai jalur formal dalam menyalurkan aspirasi, minat maupun bakat yang dimiliki.
2.       Kesalahan Opspek
Kesalahan pada acara opspek sering kita jumpai, antara lain opspek sering jadi arena perpeloncoan, penyiksaan yang berlebihan, pemerasan, bahkan pemaksaan–pemaksaan tertentu oleh panitia opspek , atau ada yang menjadikan usaha balas dendam mahasiswa lama atas perilaku yang mereka dapatkan sebelumnya dimasa mereka menjadi MABA.
                Realita yang demikian mungkin ada dan dilakukan oleh sebagian oknum panitia opspek dan sudah menjadi kibiasaan yang mungkin sudah umum di lakukan oleh para penyelenggara opspek sehingga tujian yang ingin dicapai bersama yakni rekayasa psikologis Mahasiswa baru yang sulit terlearisir akibat dari konsep ospek yang tidak di mengerti oleh panitia opspek.
3.       Mahasiswa, globalisasi, dan opspek sebagai batu tapal pertama kehidupan bermahasiswa.
Kemajuan zaman yang tak bisa lagi kita hindari menimbulkan probematika diberagai dimensi, baik ekonomi, sosial, budaya. Persaingan pun kini dirasakan lebih berat oleh rakyat Indonesia yang dulu bersaing sesama bangsa Indonesia kini harus mau tak mau bersaing dengan orang dari negara lain, asimilasi dan masuknya budaya asing telah merubah tatanan kepribadian rakyat Indonesia, dengan majunya teknologi dan informasi yang mempermudah masuknya budaya barat ke Idonesia. Yang memang sangat bertolak belakang dengan budaya Indonesia yang menganut budaya ketimur. Lantas dimanakah peran mahasiswa mengatasi perubahan jaman yang begitu pesat ini?
Sangat jelas mahasiswa memiliki peran dan andil yang setrategis dalam menjebatani kepentinan masyarakat Indonesia yang sebagian besar dalam masa transisi dari masyarakat agraris ke indrustrial. Pada posisi ini masyarakat sangatlah rentan terpengaruh dengan budaya barat sebagai kiblat modernisasi, perubahan sosial pada tingkat makro pun sudah semakin jauh bergeser menuju penyatuan selera dunia dalam freamwork yang di sebut globalisasi. Gejala makro yang terjadi dalam system sosial poitik adalah proses indrustrialisasi diberbagai sector pembangunan , begitu pula dengan globalisasi di bidang informasi dan komunikasi  melalui Open Sky policy (kebijakan angkasa bebas).
Mahasiswa selaku pemengang tongkat estafet bangsa seyogyanya tangkap kepada problematika bangsa. Response mahasiswa Indonesia merupakan wujud partisipasi aktif dalam bermasyarakat dan bernegara. Selain itu mahasiswa sebagai mediator dan katasilator aspirasi raktyat harus tetap menjadi komitmen moral disamping harus bisa mempersiapkan peran antisipasi era kebangkitan negara dagang. Sebagai mana yang di ramalkan Richard Resecrance, termasuk Indonesi dimana gejala privatisasi BUMN terjadi. Antisipasi ini bertujuan untuk bisa berperan aktif  sebagai pemain dalam mainstream global market.
Untuk membentuk mahasiswa yang  bisa menghandel semua ini diperlukan ajang pendidikan yang luar biasa,ospek sebagai tahap awal bermahasiswa seharusnya juga merupakan sosialisasi awal mengenai fenomena actual-obyektif kehidupan kemasyarakatan dan bernegara . Agar nantinya (MABA) dapat menggantisipasi tanda-tanda zaman yang terjadi. Perencanaan opspek juga dituntut kejeliannya  dalam menggantisipasi peranan yang akan di emban mahasiswa baru dimasa datang, karena kepada merekalah paradigma sosial baru akan muncul dalam konstilasi pergerakan mahasiswa indonesia.
KITA TUNGGU  KEPADA MAHASISWA BARU INDONESIA.


0 komentar:

Post a Comment