“KAMPUSKU MARJINALKU”
Kaum marjinal merupakan kaum yang
tepinggirkan baik terpinggirkan secara setruktural, maupaun secara sosial
ekonomi. Keberadaan kaum marjinal di negri ini cukup untuk menambah kekayaan dan
keaneka ragaman bangsa ini. Namun sebagian besar pandangan subjektif perorangan
mengatakan orang marjinal adalah mereka yang terpinggirkan karena keadaan
ekonomi (kemiskinan). Kaum-kaum miskin sering menjadai konotasi marjinal,
walaupun ukuran miskin sangatlah normative. Tidak semua orang miskin akan
terpinggirkan. Mungkin keberadaan kauk marjinal bukan karena sudah ada dari
dulu (takdir) akan tetapi karena kita ikut memarjinalkan kaum-kaum marjinal
tersebut. Haruslah kita mempuyai kepekaan terhadap mereka dan merasakan derita
mereka!
Apa yang telah saya ulas di atas selanyang
pandang phenomena kaum marjinal, yang
kini saya rasakan sendiri kemarjinalan itu. Setelah saya lulus SMA saya kuliah
di suatu perguruan tinggi negri di Jakarta. Kampus yang saya damba-dambakan
untuk bisa meningkatkan kualitas hidup saya. Institusi akademik idealnya memiliki tenaga
edukasi yang “militant” dan lingkungan yang setrategis guna menunjang efektifitas pembelajaran. Namun semua
itu saya rasa belum seluruhnya dimiliki oleh kampus ini, kadang saya menggerutu
dan meminta kesempurnaan yang selalu saya proyeksikan, namun akhirnya saya
sadar bahwa itu tidakan seorang pengecut, sebagai mana di tuliskan oleh Doni
Dhirgantoro dalam novelnya yang berjudul 2. (“ hanya pengecutlah yang mengharapkan
hidup yang sempurna”) kurang lebih seperti itulah apa yang menjadi penyemangat
saya kala itu. Terimakasis banyak mas Doni Dhirgantoro dan ditunggu film 5cmnya
tayang.
Setelah setahun saya berjuang
melawan ketidak sempurnaan ini saya tetap merasa marjinal ketika saya bergaul
dengan mahasiswa-mahasiswa dari kampus
lain, kampus kami yang tidak banyak di kenal orang lah, kualitas diri yang
masih jauh di bawah rata-rata mahasiswa pada umumnya,merupakan sebagian faktor
penyebabnya padahal kampus ini di nobatkan
sebagai kampus terbaik se-Indonesia bagi
jurusan D3XXXXX.( ujar salah satu dosen pada waktu PPSM). Ironi kalangan
mahasiswa luas tidak mengenalinya! Apa yang salah dengan semua ini, aku semakin
menjadi marjinal dalam lingkup akademis. Saya yakin apa yang saya rasakan
sekarang tidak jauh berbeda dengan apa yang teman-teman saya rasakan saat ini,
merasa tepinggirkan dan terasing.
Tidak ada asap kalau tidak ada api
mungkin
perumpamaan ini yang pas menggambarkan keadaan ironi dengan kampusku ini, banyak faktor yang meyebabkan kondisi kami
seperti ini, paktor lingkungan memang sangat besar mempengaruhi, letak
geografis kampus sangat kurang ideal jauh dari keramaian sehingga orang tidak
banyak mengenalnya. Eksistensi mahasiswanya pun melempem di karenakan
kondisi keorganisasian mahsiswa (BEM,
HIMA, UKM) tidak berfungsi secara optimal mereka hanya boneka yang hidup di
ujung jarinya dosen, seharusnya organisasian mahasiswa mampu memberikan kontribusi
yang bermanpaat bagi eksistensi dan dinamika kehidupan kampus.
Faktor tenaga edukasi pun sangan
tidak profesional ketika ada seorang mahasiswa mengikuti salah satu organisasi
eksternal kampus dan memang pada saat itu dia tidak masuk pada jam mata kuliah
dosen itu, dia di panggil untuk mengklarifikasi mengapa dia tidak masuk? Dia jelaskan
sejujur-jujurnya kenapa dia tidak masuk. Saya sangat memuji kepedulian seorang
dosen yang memiliki dedikasi tinggi namun di samping itu saat si mahasiswa
berbicara “saya tidak masuk karena ada rapat di organisasi ekternal kampus”,
dosenya bilang kamu jangan seperti itu kampus kita berbeda dengan kampus lain.
Mungkin ini sebagian kecil dari
tenaga edukasi yang menyebabkan kami
menjadi kaum marjinal di dunia pendidikan mereka secara tidak langsung
memarjinalkan anak didiknya, dengan mendoktrin bahwa kampus ini beda dengan
kampus lain di luar sana. (mungkin kita akan hidup sendiri tidak mau sama
dengan kampus lain hehehe). Tak tahu jelas apa yang ada di benak dosen itu
sehingga berbicara begitu.
Kita sebagai mahasiswa janganlah
memperburuk kondisi kampus ini yang semakin marjinal. Dan janganlah menyerah
dengan keadaan, terus berjuang, eksisnya kampus ini ada di tangan kalian. Hidup
mahasiswa Indonesia
0 komentar:
Post a Comment