Sunday, May 27, 2012


“KAMPUSKU MARJINALKU”
            Kaum marjinal merupakan kaum yang tepinggirkan baik terpinggirkan secara setruktural, maupaun secara sosial ekonomi. Keberadaan kaum marjinal di negri ini cukup untuk menambah kekayaan dan keaneka ragaman bangsa ini. Namun sebagian besar pandangan subjektif perorangan mengatakan orang marjinal adalah mereka yang terpinggirkan karena keadaan ekonomi (kemiskinan). Kaum-kaum miskin sering menjadai konotasi marjinal, walaupun ukuran miskin sangatlah normative. Tidak semua orang miskin akan terpinggirkan. Mungkin keberadaan kauk marjinal bukan karena sudah ada dari dulu (takdir) akan tetapi karena kita ikut memarjinalkan kaum-kaum marjinal tersebut. Haruslah kita mempuyai kepekaan terhadap mereka dan merasakan derita mereka!
            Apa yang telah saya ulas di atas selanyang pandang  phenomena kaum marjinal, yang kini saya rasakan sendiri kemarjinalan itu. Setelah saya lulus SMA saya kuliah di suatu perguruan tinggi negri di Jakarta. Kampus yang saya damba-dambakan untuk bisa meningkatkan kualitas hidup saya.  Institusi akademik idealnya memiliki tenaga edukasi yang “militant” dan lingkungan yang setrategis guna  menunjang efektifitas pembelajaran. Namun semua itu saya rasa belum seluruhnya dimiliki oleh kampus ini, kadang saya menggerutu dan meminta kesempurnaan yang selalu saya proyeksikan, namun akhirnya saya sadar bahwa itu tidakan seorang pengecut, sebagai mana di tuliskan oleh Doni Dhirgantoro dalam novelnya yang berjudul 2. (“ hanya pengecutlah yang mengharapkan hidup yang sempurna”) kurang lebih seperti itulah apa yang menjadi penyemangat saya kala itu. Terimakasis banyak mas Doni Dhirgantoro dan ditunggu film 5cmnya tayang.
            Setelah setahun saya berjuang melawan ketidak sempurnaan ini saya tetap merasa marjinal ketika saya bergaul dengan mahasiswa-mahasiswa dari  kampus lain, kampus kami yang tidak banyak di kenal orang lah, kualitas diri yang masih jauh di bawah rata-rata mahasiswa pada umumnya,merupakan sebagian faktor penyebabnya  padahal kampus ini di nobatkan sebagai kampus terbaik se-Indonesia  bagi jurusan D3XXXXX.( ujar salah satu dosen pada waktu PPSM). Ironi kalangan mahasiswa luas tidak mengenalinya! Apa yang salah dengan semua ini, aku semakin menjadi marjinal dalam lingkup akademis. Saya yakin apa yang saya rasakan sekarang tidak jauh berbeda dengan apa yang teman-teman saya rasakan saat ini, merasa tepinggirkan dan terasing.
            Tidak ada asap kalau tidak ada api
mungkin perumpamaan ini yang pas menggambarkan keadaan ironi dengan kampusku ini,  banyak faktor yang meyebabkan kondisi kami seperti ini, paktor lingkungan memang sangat besar mempengaruhi, letak geografis kampus sangat kurang ideal jauh dari keramaian sehingga orang tidak banyak mengenalnya. Eksistensi mahasiswanya pun melempem di karenakan kondisi  keorganisasian mahsiswa (BEM, HIMA, UKM) tidak berfungsi secara optimal mereka hanya boneka yang hidup di ujung jarinya dosen, seharusnya organisasian mahasiswa mampu memberikan kontribusi yang bermanpaat bagi eksistensi dan dinamika kehidupan kampus.
            Faktor tenaga edukasi pun sangan tidak profesional ketika ada seorang mahasiswa mengikuti salah satu organisasi eksternal kampus dan memang pada saat itu dia tidak masuk pada jam mata kuliah dosen itu, dia di panggil untuk mengklarifikasi mengapa dia tidak masuk? Dia jelaskan sejujur-jujurnya kenapa dia tidak masuk. Saya sangat memuji kepedulian seorang dosen yang memiliki dedikasi tinggi namun di samping itu saat si mahasiswa berbicara “saya tidak masuk karena ada rapat di organisasi ekternal kampus”, dosenya bilang kamu jangan seperti itu kampus kita berbeda dengan kampus lain.
            Mungkin ini sebagian kecil dari tenaga edukasi yang  menyebabkan kami menjadi kaum marjinal di dunia pendidikan mereka secara tidak langsung memarjinalkan anak didiknya, dengan mendoktrin bahwa kampus ini beda dengan kampus lain di luar sana. (mungkin kita akan hidup sendiri tidak mau sama dengan kampus lain hehehe). Tak tahu jelas apa yang ada di benak dosen itu sehingga berbicara begitu.
            Kita sebagai mahasiswa janganlah memperburuk kondisi kampus ini yang semakin marjinal. Dan janganlah menyerah dengan keadaan, terus berjuang, eksisnya kampus ini ada di tangan kalian. Hidup mahasiswa Indonesia

0 komentar:

Post a Comment