Wednesday, October 31, 2012

MEMAKNAI KULIAH APA PEMBENTUKAN ROBOT?



Sangat manusiawi jika suatu individu menginginkan suatu yang terbaik untuk dirinya sendiri, tindakan yang sangat bijak jika seorang individu berkeinginan untuk mencapai kondisi yang lebih baik lagi. Maka dengan itu maka perlunya ada pembanding, apakah pembanding dengan yang sekelas ataukah pembanding dari pengalaman sebelumnya?
Berbicara dengan pembanding maka erat hubunganya dengan nilai setandar atau tolak ukur yang akan di jadikan acuan, misalnya tolak ukur pada siswa SMA, siswa SMA diyatakan lulus dari sekolah jika siswa tersebut bisa melewati UN dengan nilai minimal yang di tetapkan, misalnya minimal rata-rata nilai kelulusan adalah 7, dengan demikian siswa yang nilai UN–nya lebih dari 7 maka diyatakan lulus.
Penerapan setandar semestinya disesuaikan dengan tujuan pendidikan, jika tujuan setandarisasi untuk evaluasi proses. Bukanlah menjadi tujuan pencapayain pendidikan. Karena hasil dari pendidikan dilihat dari pasca pendidikan dan perubahan sipat dukan dari pengumbulan komulatip angka. Namaun apa yang terjadi jika komulatip-komulatip angka menjadi tujuan itu sendiri?

Mau Di Bawa Kemana Nasib Kampus ini?
Jika benar isu, syarat untuk kelulusan keperawatan tidak lagi menyusun karya tulis ilmiah tetapi dengan melewati mekanisme tes yang, dengan menjawaban soal-soal multiplechoice, sudah bisa dipastiakan soal seperti itu pasti bersipat mengecoh yang akan membuat seorang mahasiswa keliru dengan jawabanya.
Keadaan ini juga diperparah dengan kondisi doktrinal mahasiswa yang berpikir pragmatis haya memikirkan dirinya sendiri, mahasiswa yang seharusnya membawa perubahan kepada bangsa dan negara. Terbukti dari hasil perbincangan 10 responden di kampus kami seluruhnya mengatakan kuliah guna mendapatkan pekerjaan. Ironi bukan dengan fungsi tridarma perguruan tinggi, jika kaum integensi sudah kehilangan fungsi sosialnya dan berdiam diri dalam keadaan negara yang kalut malut, dan membutuhkan pemberharu bangsa. siapa yang akan bergerak lagi untuk mengatasinya? maka tinggal tunggulah kehancuran!!!!!
Permasalah-permasalah diatas akan mempengaruhi sistem pendidikan di kampus yang semakin pragmatis. Dengan adaya sistem tes untuk syarat kelulusan maka mahasiswa tidak lagi dilatih untuk meningkatkan daya analitis dan kermampuan berpikir kritis bisa dipastikan menurun karena mahasiswa haya disibukan dengan, belajar trik cara-cara cepat mengerjakan soal. Atau memanipulasi soal. Integelensi mahasiswa tidak lebih dari daya ingat dan kemampuan mengulang, mahasiswa yang memiliki kemampuan seperti inilah yang lebih memililki pengakuan, bukan mahasiswa-mahasiswa inovator, jika keadaan pendidkan masih seperti ini maka indonesia masih akan menjadi negara konsumen.
Mungkin saya adalah beberapa dari sekian bayak orang yang berdiam diri menyikapi isu tersebut maka dengan ini mudah-mudahan apa yang saya tulis dapat mengginspirasi orang-orang yang membikin kebijakan tersebut, bukan haya kemampuan integelensi untuk memilih dan menjawab soal a,b,c,d, dan e. seorang perawat juaga seharusnya mempunyai kemampuan  dalam aspek sepiritual. Aspek sepiritual dalam hal ini bukan menyoal agama, melainkan menciptakan kebaikan bersama, dan kebaikan bagi komunitasnya. Dengan kata lain cara berpikir kritis dan daya berpikir analitis sangatlah diperlukan untuk membawa perubahan-perubahan ke arah yang lebih baik.
Dengan demikian fungsi kampus ini bukan sekedar untuk mencetak mahasiswa-mahasiswa yang mampu melewatkan ujian kompotensi sajah,  idealnya seperti robot yang beryawa. kampus ini haruslah mencetak mahasiswa-mahasiswa yang militan yang dapat membirikan perubahan kepada bangsa dan kelompoknya(perawat)).
HIDUP MAHASISWA……………..!!!!!
HIDUP RAKYAT INDONESIA……….!!!!!

0 komentar:

Post a Comment