(Oleh: Rizky Isa Lesmana)
Peringatan sumpah pemuda yang di peringati pada
setiap tanggal 28
oktober,adalah sebuah momentum peringatan dimana kaula muda Indonesia pernah
menolehkan sejarah kebangsaan dengan
memunculkan sebuah kesadaran, sebuah fenomena sakral yang diikrarkan oleh pemuda-pemuda dari
setiap suku dan agama, langkah suci yang mampu membangun sebuah bangsa baru,
membangun peradaban baru, langkah yang mampu mengusir penjajah, dan mampu
mengembalikan status bangsa ini.
Sumpah Pemuda, sebuah gagasan cemerlang
persatuan.
Terbentuknya Budi Utomo dalam kesejarahan kepemudaan
di Indonesia adalah romantisme kepemudaan dimana mereka membangun kontruksi
perjuangan baru Indonesia yang melahirkan sumpah pemuda dengan esensi pemersatu
bangsa untuk menggusir penjajah. Terbukti kehadiran sumpah pemuda bisa
menghantarkan Indonesia pada kemerdekaan dengan semangat nasionalisme. Yang
sebelumnya perlawanan terhadap penjajah bersifat kedaerahan yang tidak berhasil
mengusir para penjajah dari bumi pertiwi.
Romantisme perlawanan yang dipelopori oleh para pemuda
indonesia tidak berhenti begitu sajah. heroisme perlawanan terhadap Jepang dan sekutu tahun 1945-an dan
masa revolusi 1966 semuanya
dipelopori oleh pemuda, dan yang masih lekang dari ingatan kita gejolak perlawanan dan aksi pemuda dalam
mengawal dan mengoreksi segala kebijakan orde baru pun telah teruji pada Mei
1998.
Kini peringatan sumpah pemuda haya diperingati oleh
segelintir orang sajah dan hanya menjadi tontonan, aksi-aksi yang dilakukan
dalam memperingati sumpah pemuda telah bertransformasi menjadi rutinitas
tahunan belaka, rasanya seperti kurang “garam” jika para pemuda tidak
memperingati sumpah pemuda. Padahal yang
dibutuhkan oleh bangsa kita bukanlah aksi-aksi sehari sajah, akan tetapi
pengembalian ruh-ruh kepemudaan yang dulu sebagai sentral pemersatu bagsa, kini
rasanya sudah langka di temukan.
Term pemuda
tidak hanya melekat pada usia tertentu, melainkan jauh dari itu, sebagai jiwa
yang melahirkan perubahan dan sebagai ‘harapan’ bangsa disisi yang lain.
Sejatinya, pemuda indonesia merupakan komponen bangsa yang hadir sebagai ikon
perubahan. Karena pemuda
sangat lekat degan sebuah idealisme murni dimana idealisme adalah suatu
keyakinan atas suatu hal yang dianggap benar oleh individu yang bersangkutan
dengan bersumber dari pengalaman, pendidikan, kultur budaya dan kebiasaan. Idealisme tumbuh secara perlahan
dalam jiwa seseorang, dan termanifestasikan dalam bentuk perilaku, sikap, ide
ataupun cara berpikir. oleh karenanya semangat kepemudaan yang menggelora
haruslah disandangkan dengan ideologi yang jelas. Lantas apa yang terjadi saat
ini pada pemuda?
Sendi-sendi kepemudaan sekarang telah di jejali oleh
sikap rasisme dan arogansi-arogansi kelompok yang tak jelas. Maka tidak heran
jika tawuran antar mahasiswa ataupun siswa. Terjadi dimana mana baik di ibu
kota ataupun di daerah,
Jika dulu oraganisasi kepemudaan beridiologi
kebangsaan ataupun beridielogi keagamaan, maka hari ini keorganisasian pemuda
berorientasi pada ke gemaran dan kesamaan hobi misalnya kelompok twiteer,
facebook, kelompok bersepeda, dan kelompok-kelompok lainya yang berlatar
belakang rasisme bahkan ekonomi, sungguh ironi dari pemuda saat ini.
Seakan-akan kelompok kepemudaan mengotak-ngotakan pemuda. Keorganisasian yang
seperti ini akan cenderung haya mempertahankan eksistensi mereka sajah.
Bangsa indonesia sangat meridukan kegandrungan
pemuda-pemuda yang mampu menjadi episenrum perubahan sebagai mana yang di
katakan oleh sejarawan Taupik Abdulah “Pemuda
atau generasi muda, adalah konsep-konsep yang sering diberati oleh nilai-nilai.
Hal ini disebabkan karena keduanya bukanlah semata-mata istilah ilmiah tetapi
sering lebih merupakan pengertian ideologis dan kulturil. ‘pemuda harapan bangsa’, pemuda pemilik masa depan, atau ‘pemuda harus dibina’ dan lain sebagainya,
memperlihatkan betapa saratnya nilai yang begitu melekat pada kata pemuda
tersebut” (Taufik Abdulah: 1974).
Dari apa yang di katakan oleh taupik abdulah memberi pemahaman bahwa pemuda
sangat syarat dengan perubahan-perubahan.
1. ORGANISASI
DI LINGKUNGAN AKADEMIS
Organisasi kepemudaan saat ini seperti telah penulis singgung sedikit di atas, yang
terbentuk atas dasar kesamaan hobi tanpa ada dasar ideologi dan nilia-nilai
kebangsaan, hal ini sangat memperhatinkan mengingat kondisi indonesia pada saat
ini.
Memang tidak ada salahnya dengan organisasi seperti
itu, karena pada dasarnya organisasi adalah sekelompok orang yang memiliki
tujuan yang sama dan bekumpul untuk mencapai tujuanya. Namun sangatlah
kontratradiktip organisasi kepemudaan pada masa sekarang dan pada zaman dulu.
Dulu pemuda Indonesia menjadi episentrum perubahan, sekarang pemuda ndonesia
menjadi kaum yang tidak berdaya di telan oleh keadaan zaman yang menuntut
mereka menjadi pemuda-pemuda yang berdiam diri dan menjadi pemuda-pemuda yang
konsumtip, ironi bukan?
Lalu kepada siapa bangsa indonesia berharap? kalau
pemuda yang di nobatkan sebagai penerus bangsa, keadaanya seperti ini?
Pemuda-pemuda yang berada dilingkungan akademise
adalah jawabanya. Karena pemuda yang berada di lingkungan akademisi diharapkan
memiliki idealisme yang jelas serta memiliki keilmuan yang sesuai dengan
bidangnya, untuk mentransformasi semua keahlian dan semangatnya maka perlulah
suatu organisasi sebagai wadah dari peyaluran dari keahlian.
Organisasi
yang notabeni berada di lingkungan perguruan tinggi seperti halnya BEM, HIMA,
UKM, adalah organisasi yang berideologi dan selalu bersenandung kerakyatan,
yang seharusnya memberikan advokasi dan problem solving kepada bangsa dan negara
atas permasalahan permasalah bangsa, dan sebagai sentral dari momentum semangat
28 oktober 1928. Kita terus berjuang demi terwujudnya indonesia yang adil dan
makmuar.
Besar harapan saya kepada generasi muda kampus untuk
ikut andil dalam setiap perubahaban-perubahan yang serkiranya kita perlukan. Mari kita ciptakan semangat sakral kepemudaan yang
telah di goreskan oleh para pewaris kebangsaan. Di poltekse kemenkes jakarta
III sebagai mahasiswa-mahasiswa
yang milita.
0 komentar:
Post a Comment